Breaking

Post Top Ad

Monday, November 07, 2011

Kenapa terlalu lama Membujang

Disusun: Ummu Hikmah(zueriffa_zue)

Syaikh Muhammad al-Munqadir terkenal akan kehidupan membujang nya yang sangat lama.
Bukan apa-apa, ia sangat miskin.
Ia tidak memiliki harta untuk membayar mahar pernikahan nya.
Bayang kan, ia hanya memiliki pakaian yang melekat di badan nya dan sebuah tempat tidur yang usang.
Tetapi, ia redha dan menjalani nya sebagai ujian dari Allah SWT.
“Terima kasih, ya Allah. Aku masih selalu diberi kesehatan yang membuatku bisa terus-menerus beribadah dan bermunajat kepada-Mu,” {doa Syeh Muhammad al-Munqadir suatu hari.}
Hamba Allah yang masih mempunyai kekerabatan dengan Abu bakar ash-Shiddiq ini adalah orang yang sangat dekat dengan Allah SWT.
Tapi, tampak nya tak seorang pun yang tahu bagaimana gerangan kedekatan lelaki tersebut.
Suatu hari, kerana kelaparan yang sangat, ia datang ke rumah Aisyah binti Abu Bakar.
Ia berharap Aisyah dapat memberinya sedikit makanan untuk mengganjal perutnya yang sudah meronta-ronta.
Namun, alangkah sedih nya beliau ketika Aisyah mengatakan bahwa ia pun tidak mempunyai apapun untuk di beri kan.
“Wahai Muhammad, aku pun hidup di dalam keadaan serba kekurangan. Andaikata aku mempunyai uang 10.000 dinar sekarang, niscaya akan kuberikan kepadamu,” ujar Aisyah.
Dengan lunglai Muhammad al-Munqadir pun pergi.
Ia mafhum bahwa Aisyah pun hidup tidak lebih sulit daripadanya.
Atas takdir Allah SWT, tiba-tiba datang utusan Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan kepada Aisyah.
Ia membawa 10.000 dinar titipan Khalifah dan menyerahkannya kepada Aisyah sebagai hadiah.
Aisyah terus-terang merasa takjub atas hal ini.
“Alhamdulillah, alangkah cepa tnya apa yang aku angan-angan kan. Ini sudah di kabul kan Allah.”
Sebagaimana yang ia ucap kan tadi, Aisyah segera mengutus orang untuk mencari Muhammad al-Munqadir.
Alangkah gembiranya Muhammad al-Munqadir ketika mendapat uang sebanyak itu.
Tidak hanya cukup untuk mengganjal rasa lapar nya, di kemudian hari, ia menggunakan pemberian Aisyah itu untuk menikahi seorang budak wanita yang di beli nya.
Maka, berakhir lah kehidupan membujang Muhammad al-Munqadir yang sangat lama itu.
Oleh Allah SWT, mereka di kurnia tiga orang anak laki-laki.
Ketiga nya di beri nama Muhammad, Abu bakar dan Umar.
Waktu pun berlalu, ketiga anak lelaki itu tumbuh menjadi pemuda-pemuda yang sangat gagah berani dan tidak berbeda dengan ayah nya.
Pada suatu malam, Muhammad al-Munqadir mengurung diri nya di dalam bilik bersendirian.
Tidak ada yang tahu apa gerangan yang di laku kan nya saat itu.
Keluarga nya telah terbiasa melihat Muhammad seperti itu.
Mereka mengira, paling Muhammad al-Munqadir menyendiri untuk beribadat, mendekatkan diri kepada Allah SWT. Setelah beberapa lama, terdengar suara menangis dan sangat kuat dari dalam bilik itu.
Tentu suara Muhammad al-Munqadir.
Tetapi kenapa, dan apa yang menyebabkan nya?
Muhammad menangis sangat keras dan tanpa henti sehingga keluarganya merasa cemas.
Akhir nya mereka memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
Ketika masuk, tidak ada siapa-siapa lagi di tempat itu selain Muhammad al-Munqadir.
Mereka bertanya kepadanya mengapa dia menangis.
Tetapi, tidak ada jawaban.
Malah tangisan nya bertambah kuat sehingga mereka menyangka dia sedang mendapat suatu musibah.
Akhir nya mereka memanggil seorang sahabat yang bernama Abu Hazim.
Setelah mendapat izin, maka Abu Hazim pun masuk dan bertanya, “Wahai Muhammad , apa yang menyebabkan engkau menangis?”
Alih-alih menjawab, tangis Muhammad semakin menjadi-jadi, walau suara nya sudah tidak terlalu keras.
Abu Hazim sampai harus berkali-kali menanyainya dan berusaha menyabarkan dirinya sendiri.
Akhir nya, mahu juga Muhammad al-Munqadir menjawab.
“Aku menangis karena takut setelah membaca ayat Al-Qur’an yang berbunyi, “Dan telah nyata kepada mereka azab yang mereka tidak pernah pikirkan.”
Mendengar hal itu, Abu Hazim ikut menangis bersama nya sehingga mereka yang menunggu di luar menegur Abu Hazim mengapa pula dia yang menangis, padahal dia di panggil untuk menenteramkan hati Muhammad al-Munqadir.
Abu Hazim memberitahu mereka tentang sesuatu yang menyebabkan mereka menangis.
Menurut anak-anak nya beberapa tahun setelah itu, setiap kali membaca ayat-ayat Al-Qur’an, Muhammad al-Munqadir semakin sering menangis hingga kedua matanya buta.
Menjelang hari kematian nya, wajah Muhammad al-Munqadir tampak gelisah.
Ketika di tanya, “Mengapa kamu kelihatan gelisah?”
Sekali lagi jawabannya tetap sama, “Aku takut pada ayat Al-Qur’an yang bunyinya, “Dan telah jelas nyata kepada mereka azab yang mereka tidak pernah pikirkan.” Sambungnya lagi, “Aku takut siksaan Allah yang tidak pernah aku perkirakan sebelum nya.”
Ketika ajal nya sudah hampir tiba, Muhammad al-Munqadir kelihatan tenang sehingga sahabatnya telah melihat wajah Muhammad ketika itu bersinar seperti bulan purnama.
Muhammad al-Munqadir sempat berkata pada hadirin dengan suara yang tersekat-sekat, “Andai engkau dapat melihat tempat ku seperti yang aku lihat sekarang, niscaya kamu akan senang dan tersenyum.”
Kemudian dia pun menghembuskan nafas nya yang terakhir pada tahun 131 hijriah.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Laman-Laman