Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Wednesday, May 25, 2011

Generasi Berjiwa Lemah


“Akan datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang lapar memperebutkan makanan dalam hidangan.”
Sahabat bertanya, “Apakah lantaran pada waktu itu  jumlah kami hanya sedikit Ya Rasulullah?”.
Dijawab oleh baginda, “Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualiti kamu ibarat buih yang terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu tertanam ‘Al Wahn’ (kelemahan jiwa).”


Sahabat bertanya, Apa yang dimaksudkan ‘Al Wahn’ (kelemahan jiwa), Ya Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati!”(HR Abu Daud)

CINTA DUNIA DAN TAKUT MATI
Inilah ungkapan ringkas yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad saw 14 abad yang lalu untuk menggambarkan betapa lemahnya jiwa dan mental generasi akhir zaman.
Apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw tersebut nampaknya kini telah menjadi kenyataan.
Setiap hari kita menyaksikan peristiwa demi peristiwa dan berbagai ragam tingkah laku manusia di sekeliling kita yang sesungguhnya telah jauh dari nilai-nilai kebenaran yang diajarkan oleh Allah dan rasulNya melalui Al-Qur’an dan As Sunnah.
PENYELEWENGAN ORIENTASI KEHIDUPAN
Al-Wahn (cinta dunia dan takut mati) memang membuatkan manusia kehilangan arah dan orientasi hidup.
PERTAMA : Mereka tidak lagi mengenal tujuan hidupnya yang hakiki untuk mencari ridha Allah swt sepertimana firman Allah swt :
“Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS Al Anaam : 163)
KEDUA : Mereka juga tidak sedar akan tugas kehidupannya untuk mengabdikan diri kepadaNya dalam berbagai aspek kehidupan.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu. (QS Az Zaariat : 56)
KETIGA : Mereka lupa akan peranan hidupnya yang agung iaitu menjadi khalifah atau wakil Allah untuk mewujudkan kehendak Ilahi di muka bumi.
“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa darjat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaanNya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Anaam : 165)
KEEMPAT : Mereka alpa bahwa merekalah sepatutnya sebagai penerus risalah Islam yang menyampaikan ajaran-ajaran Allah kepada seluruh umat manusia dan membelanya.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran : 110)
Mereka jauh dari Al-Qur’an dan As Sunnah sebagai pedoman hidup. Maka jadilah mereka pengkagum dunia.
Padahal Nabi saw telah mengingatkan mereka :
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (enak dipandang), dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu khalifah di dalamnya. Allah akan melihat apa yang kamu kerjakan. Maka berhati-hatilah pada dunia dan berhati-hatilah pada wanita. Sesungguhnya pertama kali fitnah yang melanda Bani Israel adalah tentang wanita”. (HR Muslim)
Kini tidak sedikit di antara manusia yang bersaing meraih jawatan. Namun sayang, jawatan itu mereka ambil dengan tidak mengindahkan hak-haknya. Meraih jawatan bukan untuk berkhidmat, tapi untuk memperkayakan diri.
Tentang sikap jiwa atau mental seperti ini, Nabi saw bersabda :
“Sesungguhnya di antara kamu ada yang bercita-cita menjadi penguasa, padahal yang demikian itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat. Kerana sebaik-baik seorang ibu adalah yang mahu menyusui anaknya dan sejelek-jelek ibu adalah yang tidak mahu menyusui anaknya” (HR Bukhari)
Kepimpinan bukanlah sesuatu yang kotor dan busuk. Bahkan ia adalah kebaikan di sisi Allah swtasal sahaja kita mampu memikulnya dengan menunaikan hak-haknya.
Zaid bin Tsabit pernah berkata ketika ia berada di samping Nabi saw :
“Seburuk-buruk perkara adalah kepimpinan.”
Mendengar hal itu Nabi saw menyanggahnya :
“Sebaik-baik perkara adalah kepimpinan, bagi orang yang mengambilnya dengan hak-haknya. Dan seburuk-buruk perkara adalah kepimpinan, bagi orang yang mengambilnya dengan cara yang tidak benar, maka kelak hanya akan mengundang kekecewaan pada hari kiamat.” (HR Thabrani)
IBADAH  BERBENTUK ADAT ISTIADAT FORMAL
Keburukan lain yang seringkali terserlah adalah fenomena ibadah berbentuk adat istiadat  formal yang bercampur kemunafikan.
Ramai manusia yang mengaku beragama Islam, tapi perbuatannya sehari-hari tidak mencerminkan ajaran Islam sama sekali.
Islam hanya dilihat sekadar identiti formal yang tertera di surat-surat penting untuk memudahkan urusan-urusan pentadbiran sementara kehidupannya sehari-hari dipenuhi oleh kedurhakaan pada syariat Islam.
  1. Solat sering ditinggalkan tanpa perasaan berdosa.
  2. Zakat tidak ditunaikan secara sempurna.
  3. Haji dijadikan sebagai wasilah untuk suatu temasya.
  4. Mushaf Al-Qur’an disimpan dengan rapi di almari, tidak dibaca, tidak dipelajari dan tidak diamalkan. Ia hanya menjadi aksesori dan instrumen penghias dalaman rumah sekaligus menjadi alat penjaga imej.
  5. Masjid-masjid banyak dibangunkan, tapi tidak aktif dalam memakmurkannya.
  6. Ramai manusia yang lebih suka berdiskusi dan berbicara tentang Islam tapi malas untuk mengamalkan ajarannya secara sempurna.
Huzaifah pernah ditanya, “Apa itu nifaq?”,
Hudzaifah menjawab, “Kamu berbicara tentang Islam, tapi kamu tidak mengamalkan ajarannya”. (Dikutip dari Musnad Ar-Rabi’)
Ya, ramai orang yang pandai berbicara tentang Islam, tapi sebenarnya ia tidak mengimani dan tidak mengamalkan ajarannya. Apa yang keluar dari mulutnya tidak lebih dari hanya kumpulan kata-kata retorik sekadar untuk membuatkan orang terkagum-kagum pada ‘otot-otot intelektual’nya.
Nabi saw bersabda :
“Akan datang pada manusia satu zaman, di kala itu Islam tidak tinggal melainkan namanya, dan Al-Qur’an tidak tinggal melainkan tulisannya, masjid-masjidnya bagus namun kosong dari petunjuk, ulama-ulamanya termasuk manusia paling jelek yang berada di bawah langit, kerana dari mereka timbul beberapa fitnah dan akan kembali kepada mereka”. (HR Baihaqi)
KEHILANGAN INTEGRITI DIRI
Sudah sepatutnyalah apabila Nabi saw menyifatkan umat akhir zaman dengan kalimahhubbud dunya wa karahiyatul maut’ kerana bersangatan terpikatnya mereka  kepada dunia di mana kebanyakan dari mereka tidak lagi memperhatikan halal dan haram.
Nabi Muhammad saw bersabda :
“Akan datang satu masa kepada manusia, di mana pada masa itu seseorang tidak lagi memperdulikan apa yang diambilnya, apakah dari yang halal atau dari yang haram”. (HR Bukhari dan Nasa’i)
Bukan hanya itu, mereka pun juga tidak lagi menghargai kejujuran. Mereka beranggapan kejujuran itu tidak akan mendatangkan keuntungan sementara kebohongan dan kata-kata palsu dianggapnya lebih mudah disandarkan untuk mengaut keuntungan sebanyak-banyaknya.
“Akan datang satu masa kepada manusia, yang di dalamnya manusia tidak kuasa mencari penghidupan melainkan dengan cara maksiat. Sehingga seorang laki-laki berani berdusta dan bersumpah. Apabila masa itu telah datang, hendaklah kamu berlari.”
Ditanyakan kepada baginda, “Ya Rasulullah, ke mana harus berlari?”
Baginda menjawab, “Kepada Allah dan kepada kitabNya serta kepada sunnah NabiNya.”(HR Ad-Dailami)
KERUNTUHAN MORAL
Akhlak buruk telah bermaharajalela; kegiatan samseng, kekerasan dan pornografi telah menjadi tontonan dan berita seharian. Malah rasa kemanusiaan seolah-olahnya telah hilang ditelan bumi.
Fenomena seperti ini mengingatkan kita kepada salah satu hadits Rasulullah saw :
“Dua golongan dari ahli neraka yang belum kami ketahui iaitu segolongan kaum yang membawa cemeti seperti ekor lembu untuk memukul manusia; dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka menari-nari sambil menggelengkan kepalanya seperti punuk unta. Mereka itu tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium baunya, padahal syurga itu dapat dicium dari perjalanan sejauh sekian dan sekian.”
Dalam riwayat lain: “Sesungguhnya bau syurga itu dapat dicium dari perjalanan sejauh lima ratus tahun.” (HR Muslim)
Keruntuhan moral merebak begitu cepat sehingga :
  1. Ia mampu menghapuskan rasa tanggung jawab untuk mendidik anak-anak.
  2. Ia merasa tidak perlu lagi menghormati orang tua.
  3. Ia tidak lagi menyayangi mereka yang lebih muda.
  4. Tidak ada yang dipedulikan kecuali semata-mata untuk kenikmatan badan.
“Apabila zaman telah dekat (kiamat), seorang laki-laki mendidik anjing lebih baik daripada mendidik anaknya. Tidak ada rasa hormat pada yang lebih tua dan tidak ada rasa kasih sayang pada yang lebih muda; dan banyak anak-anak hasil perzinaan, hingga banyaklah laki-laki menyantap perempuan di jalanan, mereka berbulu kambing namun berhati serigala.” (HR Al-Hakim & Thabrani)
Betapa malang dan ruginya mereka.
Hubbud dunya wa karahiyatul maut telah menggiringnya begitu jauh dari hidayah Al-Qur’an.
  1. Di manakah para penyeru kebenaran?
  2. Di manakah pejuang amar ma’ruf nahi munkar?
  3. Di manakah pembawa panji-panji Al-Qur’an?
Apakah kemaksiatan sudah begitu memuncak dan menjadi dinding penghalang keberkatan wahyu Al-Qur’an?
Nabi saw bersabda :
“Apabila ummatku mengagungkan dunia, maka dicabutlah kehebatan Islam darinya; dan apabila mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, maka terdindinglah keberkatan wahyu (Al-Qur’an)” (HR Tirmizi)
Ya Allah, jauhkanlah kami dari dijangkiti penyakit “Al Wahn” iaitu ‘cinta dunia dan takut mati’kerana kedua-duanya adalah ibu kepada segala penyakit dan kerosakan yang akan membawa manusia kepada segala bentuk penyelewengan dari orientasi kehidupan yang sebenarnya serta akhirnya melemahkan kekuatan umat Islam dalam berhadapan dengan musuh-musuh mereka.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

Laman-Laman